Urban Farming, dari Pemerintah untuk Masyarakat

    Urban farming yang juga dikenal sebagai pertanian perkotaan, adalah tren yang mendapatkan popularitas signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ketika kota terus berkembang dan ruang hijau menjadi terbatas, masyarakat menemukan cara inovatif untuk menanam pangan mereka sendiri tepat di jantung kawasan perkotaan.

    Urban farming bukan sekadar hobi atau tren, namun merupakan solusi berkelanjutan terhadap berbagai tantangan yang kita hadapi saat ini, termasuk ketahanan pangan, degradasi lingkungan, dan pengembangan pengetahuan masyarakat.

    Sesuai dengan himbauan Gubernur bahwa penataan kawasan di Jakarta harus direlokasi. Bukan hanya kawasan Jakarta Barat saja namun untuk seluruh wilayah di DKI Jakarta yang berada di bawah naungan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian atau DKPKP yang mencakup 6 wilayah termasuk Kepulauan Seribu.

    “Karena lahan di Jakarta itu kan sudah semakin sempit dan tidak ada ya, jadi kita upayakan itu supaya tetap hijau kita pakai metode tanaman hidroponik,” jelas Purwanti Ka.Satlak KPKP Jakarta Barat saat acara Festival Urban Farming Jakarta 2023 yang diselenggarakan di Gedung Balai Kota DKI Jakarta.

    Pemerintah menggandeng masyarakat untuk mensukseskan program pertanian perkotaan guna menghijaukan kembali lahan-lahan sempit di Jakarta. Lebih lanjut Purwanti menjelaskan, hidroponik sendiri bisa diletakkan di depan rumah, kantor, di pekarangan, serta di halaman bangunan.

    Salah satu program yang digaungkan pemerintah adalah Gang Hijau. “Jadi kita memberikan bantuan-bantuan untuk gang hijau yang ada di wilayah Jakarta Barat. Bantuan itu ada berupa rak hidroponik, bibit, benih, media tanam, dan juga bibit-bibit yang lain,” jelas Purwanti.

        Pada wilayah Jakarta Barat sendiri masih tersisa lahan sawah seluas 45 hektare yang berada di Kecamatan Kalideres dan Kembangan, Jakarta Barat. Sayangnya menurut penuturan Purwanti, belum ada program bantuan bibit padi untuk lahan sawah yang masih tersisa di wilayah ini.

    “Sebenarnya kalau untuk sawah kita tidak ada bantuan bibit ya. Tapi kalau mereka, kayak gini kan ada fotonya nih mbak, nah ini di Kalideras nih mbak, jadi kita pembinaan aja sifatnya. Kalau memang ada bantuan benih padi ya kita bantu gitu,” ujarnya.

    Pembinaan itu terkait dengan penyuluhan bagaimana cara menanam padi yang baik, jenis-jenis padi yang seperti apa, kemudian pengembangannya seperti apa. ”Kita dampingi oleh ada namanya penyuluh pertanian,” tambahnya.

    Setelah semua bantuan dan penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah, hal berikutnya yang akan dipertanyakan tentunya adalah hasil. Menurutnya sudah jelas telihat banyak perkembangan dan manfaat yang dirasakan terutama untuk masyakarat sekitar. 

    “Karna kalau tujuan dari Sudin KPKP Jakarta Barat itu kalau kita ada suatu program yang digulirkan ke masyarakat tujuannya adalah dari kita untuk masyarakat. Jadi misalnya ada kolam gizi di RPTRA. Kita kan kontribusi bibirnya ya, benih leleh, benih nila. Nah nanti kalau sudah panen itu untuk masyarakat, boleh untuk warga RPTRA nya, boleh untuk pengurusnya,” ungkap Purwanti.

    Untuk mewujudkan pertanian yang membuahkan hasil dan berkualitas selain dengan bantuan pemerintah tentunya adalah iklim yang mendukung. Di Tengah gempuran musim kemarau berkepanjangan ini, masyarakat dan pemerintah dihadapkan oleh masalah kekeringan sehingga sulit untuk memberi makan tanaman-tanaman yang ada.

    Menanggapi hal tersebut Sudin KPKP Jakarta Barat mengaku hanya bisa memberi bantuan berupa bibit tanaman saja. “kalau di Jakarta Barat ini, misalnya Jakarta Barat memang stoknya sedikit kita minta ke dinas, nanti dinas akan mengonfirmasi ke tempat-tempat yang memang masih ada pembenih-pembenih yang tersedia. Kalau kita sudah tidak ada stok atau sedikit, biasanya kita sarankan untuk minta ke dinas.”

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama