Mengenal Kopi Tuni Khas Maluku

 

Jika mendengar kata kopi sudah pasti kita berpikiran bahwa minuman satu itu identik dengan aroma pekat dan cita rasa pahit yang dihasilkan oleh minuman seduhan yang dibuat dari olahan biji. Di samping rasa dan aromanya, kopi juga disebut-sebut bisa menurunkan risiko penyakit kanker, diabetes, batu empedu dan berbagai penyakit jantung lainnya.

Tradisi minum kopi yang sering disebut dengan “ngopi” berkembang pesat di Indonesia, banyak daerah terkenal dengan beragam sajian dan seduhan kopi masing-masing, sebut saja Aceh dan sebagian besar kepulauan Sumatera, begitu juga dengan Pulau Sulawesi yang terkenal dengan kopi Toraja.

Namun ternyata, Maluku juga memiliki satu jenis kopi yang kini mulai diminati masyarakat, bahkan hingga ke Pulau Jawa. Kopi Tuni, yang dalam bahasa tradisional dapat diartikan orisinil atau asli. Pohonnya asli dari bumi Maluku, tumbuh liar di area pinggir pesisir pantai dengan ketinggian 1 mdpl dan tersebut di pegunungan.

Mengusung nama Tuni yang dalam bahasa tradisional Maluku berarti orisinil atau asli, Yayasan Kopi Maluku pada 2019 mulai mengusahakan Koperasi Seribu Kopi Maluku untuk memperkenalkan cita rasa dan khas kopi yang dihasilkan oleh para petani dari Pulau Seram, seperti Haya, Saleman, Saunulu, Namasula, Buano hingga ke Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.

Menarik untuk diketahui, kebanyakan petani menanam pohon Kopi Tuni berdampingan dengan pala, cengkih dan rempah-rempah lainnya. Hal itulah yang kemudian membuat kopi khas Maluku itu memiliki cita rasa yang berbeda. Kendati demikian,biji Kopi Tuni masih termasuk dalam golongan robusta dan Arabika. Komoditi ini juga disebut aman untuk lambung dan tidak menyebabkan debaran jantung bagi penikmatnya.

Biji kopi andalan Bumi Raja-raja itu mulai diperkenalkan tahun 2019 oleh Yayasan Kopi Maluku melalui Koperasi Seribu Kopi Maluku. Kopi Tuni sendiri banyak didapatkan dari para petani dari Pulau Seram seperti Namasula, Buano, Saleman, Saunuli hingga Maluku Tenggara.

Hingga kini, Koperasi telah membeli biji Kopi Tuni dari anggota Petani dengan harga Rp30.000 / kg, tentunya dengan spesifikasi yang telah disosialisasikan oleh Yayasan. Biji kopi tersebut kemudian diolah oleh UMKM terlatih untuk melahirkan final produk berkualitas tinggi yang mampu bersaing dalam pasar kopi nasional maupun internasional.

Siklus asas manfaat pun dapat dinikmati oleh Petani dan UMKM anggota Koperasi mulai dari rantai pasok, Pembibitan, Perkebunan, Pasca Panen, Gudang, UMKM Sangrai, UMKM Kemasan, UMKM Barista dan Kedai Kopi hingga UMKM Digital Marketing.

Usaha Kopi Tuni juga didukung oleh Bank Indonesia (BI) dan menjadi salah satu UMKM yang ikut dalam pameran Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) 2021 di Ambon pada 29 November. Usaha mereka yang berkembang menjadi salah satu percontohan keberhasilan komoditas kopi di Maluku.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama