Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis sebagian besar wilayah Indonesia memasuki awal musim hujan pada Oktober hingga Desember 2023. Kemudian puncak musim hujan diperkirakan pada Januari-Februari 2024, persentasenya sekitar 55,08 persen.
Di DKI Jakarta, sejumlah wilayahnya masih kerap sibuk dengan persoalan banjir. Ini masalah lama tetapi belum terselesaikan sampai benar-benar tuntas.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta memiliki data ada 25 kelurahan rawan banjir. Kawasan itu seluruhnya dilewati 13 aliran Sungai Ciliwung.
Adapun kawasan dengan dampak luapan sungai terparah ada di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Persisnya di daerah Tanah Rendah, Kebon Pala.
Jangan tanya, bagaimana pemahaman warga di sana soal banjir. Mereka sudah sangat paham permasalahan itu, karena tiap tahun selalu mengalaminya.
Beti, warga Tanah Rendah, menceritakan pada November ini sudah mengalami banjir. Padahal di banyak daerah lain di Indonesia malah ada yang belum merasakan hujan.
“Terakhir banjir sepaha orang dewasa, baru saja minggu kemarin. Itu hujan pertama di musim kemarau ini dan langsung Siaga 3, tetapi memang banjirnya tidak besar,” ujar Beti, pekan ketiga November ini.
Beti memastikan seluruh warga patuh dengan peringatan dari pemangku kepentingan yang ada semisal terjadi banjir yang membahayakan. Dan, warga juga sudah paham harus bertindak seperti apa ketika tamu tahunan itu datang.
“Kalau yang sudah puluhan tahun tinggal di sini sudah biasa menangani banjir. Pokoknya kalau ada peringatan banjir langsung saling informasi di grup warga, terus bisa langsung siap-siap,” ujar Beti.
Biasanya warga segera mengemas dan memindahkan barang berharga ke tempat yang lebih tinggi. Selain itu ada yang bertahan di lantai dua bila rumahnya tingkat, termasuk menyiapkan stok makanan untuk beberapa hari.
Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan sekarang sudah melakukan persiapan menyambut musim hujan yang datang terlambat ini. Caranya dengan terus memantau dan merilis informasi cuaca dari BMKG, kemudian disampaikan kepada warga.
“Kami menyiapkan sarpras, personel, alat berat, pintu air, pompa air, perahu karet, hingga tenda pengungsian. Kami juga punya ruang literasi kebencanaan bagi puluhan anak, tujuannya untuk berlatih antisipasi bencana,” kata Isnawa.
Aktivis lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Aminullah, mengungkapkan pada 2022 ada 188 kejadian banjir di ibu kota. Sebanyak 52 persen dari banjir tahun itu sungai dalam kondisi normal.
Hal itu memperlihatkan intensitas hujan sedikit tinggi saja sudah bisa menyebabkan banjir di Jakarta. “Kalau banjir karena air sungai meluap hanya 11,7 persen,” kata Aminullah.
Sedangkan Beti mengatakan penyebab utama banjir di wilayahnya karena air hujan tidak dapat mengalir menuju hilir. Itu disebabkan air laut pasang hingga menyebabkan terkepungnya air di kawasan padat penduduk seperti di Tanah Rendah.
Warga pun sadar bencana banjir di Jakarta memang tidak bisa dihindari. Mereka memilih pasrah, tetapi selalu siap saat menghadapi kemungkinan banjir.
Meski begitu warga yang sudah lama tinggal di Tanah Rendah berharap pemerintah bisa melanjutkan proyek sodetan Ciliwung. Mengapa?
“Kalau ada sodetan Ciliwung di sini enggak bakal banjir parah. Sayangnya sodetan enggak dilanjutkan, akibatnya air lari ke sini,” kata Beti.
Sodetan Kali Ciliwung adalah terowongan bawah air yang dibangun untuk mengendalikan banjir di bagian hilir. Caranya dengan membagi aliran air ke Banjir Kanal Timur (BKT).
Namun apapun itu musim hujan perlahan mulai datang. Dan, warga tetap harus bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi, termasuk banjir yang sudah menjadi langganan di Jakarta.
Artikel ini pernah tayang di laman RRI.co.id
https://rri.co.id/daerah/461554/waspada-banjir-warga-jakarta-sambut-musim-hujan