Dalam sejarahnya, bangunan yang kini dipakai sebagai museum ini awalnya adalah rumah pribadi milik seorang warga keturunan Prancis yang hidup pada abad ke-19. Namun kemudian, gedung ini kemudian dijual kepada seorang anggota konsulat Turki bernama Abdul Aziz Al Musawi Al Katiri. Setelah dibeli, beberapa waktu kemudian gedung kembali dijual.
Hingga
akhirnya berubah kepemilikan dijadikan Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat
(BKR) saat menjelang kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Setelah merdeka, tahun berikutnya gedung ini beralih
fungsi seperti menjadi gedung kantor Departemen Sosial dan asrama karyawan.
Tahun 1975, gedung ini diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta.
Kemudian, pemprov DKI menjadikan sebagai Museum Tekstil yang diresmikan oleh
Ibu Tien Soeharto pada 28 Juni 1976. Lalu, tahun 1985 seiring dengan
bertambahnya koleksi museum, dua gedung tambahan pun dibangun.
Gedung itu
dipakai sebagai ruang perawatan, ruang penyimpanan koleksi, pengenalan wastra,
auditorium, kantor, dan perpustakaan. Kemudian,
pada 2 Oktober 2010, setelah batik dijadikan sebagai warisan kemanusiaan untuk
budaya lisan dan budaya tak benda, diresmikanlah Galeri Batik Indonesia di
Museum Tekstil yang bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia serta
menyuguhkan koleksi batik dari seluruh penjuru Tanah Air.
Isi Museum Tekstil
Museum yang terletak di
barat Jakarta ini menjadi museum pertekstilan terbesar di Indonesia. Sehingga
sudah pasti mempunyai koleksi yang sangat banyak dan diperkirakan mencapai
1.000 koleksi. Keistimewaan tempat ini berada pada koleksi-koleksinya yang
mayoritas adalah koleksi tradisional Indonesia. Setiap koleksi tekstil
yang dimasukkan ke dalam museum ini dikelompokkan atas empat bagian utama yang
terdiri atas koleksi kain tenun, koleksi kain batik, koleksi peralatan, dan
koleksi campuran. Setiap pengunjung bisa menyaksikan aneka jenis kain batik
bermotif geometris sederhana sampai bermotif rumit dari Yogyakarta, Pekalongan,
Madura, Solo, Cirebon, Palembang, dan Riau.
Di tempat
ini, kamu juga dapat menyaksikan bendera Keraton Cirebon yang merupakan pameran
pilihan, lantaran mempunyai usia tertua di antara koleksi lainnya. Bendera ini
terbuat dari bahan kapas yang dibatik tulis dan dihiasi dengan kaligrafi Arab.
Bendera yang mirip plakat ini konon katanya peninggalan bersejarah yang
disakralkan di Istana Cirebon.
Taman
Pewarna Alam Selain memajang koleksi tekstil, museum yang satu ini juga
memiliki taman di halaman belakangnya yang diberi nama Taman Pewarna Alam.
Taman seluas 2.000 meter persegi ini ditumbuhi banyak pohon yang rindang, dan
sering digunakan sebagai bahan baku pewarna mentah alami. Penanaman berbagai
jenis pohon yang terdapat di objek wisata ini tentu saja mempunyai tujuan.
Yaitu untuk mengedukasi masyarakat tentang dan memahami jenis-jenis pohon yang
dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam.
Workshop
Batik Selain mengagumi koleksi yang dipajang, aktivitas yang dapat dilakukan di
museum ini adalah membatik. Workshop membatik ini biasanya akan digelar
bersamaan dengan open house museum. Biasanya kegiatan membatik ini berlangsung
di sebuah pendopo yang terletak di halaman belakang Museum Tekstil. Semua bahan
bangunan pendopo itu terbuat dari kayu dicat dengan menggunakan warna coklat
tua.
Angin sepoi-sepoi yang sejuk dan suasana yang tenang dapat membuat
aktivitas membatik lebih tenang dan fokus. Untuk bisa mengikuti seminar ini,
pengunjung harus membayar tiket sekitar Rp 40.000. Hal menarik lainnya yang ada
di museum ini, setelah mengikuti kegiatan membatik, hasil karya kita bisa
dibawa pulang. Perpustakaan
Untuk memperkaya pemahaman para pengunjung, di museum ini juga ada sebuah
perpustakaan yang dapat menjadi tempat untuk menimba ilmu dan informasi tentang
dunia tekstil.
Tags
Feature