Gerak
tutup mulut atau sering dikenal dengan istilah GTM adalah bentuk penolakan anak
terhadap makanan yang diberikan. Gtm ini umumnya terjadi pada tahun pertama
anak MPASI yakni 6 – 9 bulan. Pada usia tersebut merupakan masa kritis anak dalam
perkenalan makanan padat secara bertahap.
Tak sedikit orang tua yang mengeluhkan
anaknya susah makan. Mulai dari menutup mulutnya rapat-rapat hingga menyembur
dan melepeh makanan yang sudah masuk kedalam mulutnya. Tentu saja hal tersebut
membuat para orang tua khawatir, sebab pada usia ini asupan nutrisi yang
berimbang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Umumnya anak yang mengalami
GTM ini mengalami penurunan berat badan.
Menurut Dr. Maria Galuh, Sp.A, M.Kes,
penyebab sulit makan sangat bervariasi antara lain penyakit/kelainan organik
yang mendasari, interaksi biologis dan faktor lingkungan terutama keluarga.
Penyebab yang paling banyak dijumpai adalah pemberian nutrisi yang kurang tepat
mengenai komposisi makanan, tekstur maupun tatacara pemberiannya.
Penyebab GTM juga bisa disebabkan
oleh pertumbuhan gigi, umumnya anak akan cenderung lebih rewel ketika tumgi,
beberapa anak bahkan mengalami demam saat tumgi, alhasil proses makan juga akan
terganggu dan terjadilah fase GTM tersebut.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi GTM, diantaranya adalah mengatur jadwal makan. Makan makanan teratur dan camilan dengan waktu pemberian makan tidak boleh lebih dari 30 menit, buat suasana yang menyenangkan saat makan. Jangan menggendong anak saat makan, pastikan anak duduk dan fokus dengan makanan yang diberikan. Berikan porsi makan yang sedikit dan pola makan yang teratur.
Perilaku banyak orangtua di Indonesia terhadap beberapa hal tersebut masih sangat sulit dilakukan, karena pemahamannya yang masih kurang tepat. Sebagian besar orang tua/pengasuh cenderung membujuk dan menenangkan anak dengan berbagai macam cara supaya anak mau makan, hal ini justru mengganggu konsentrasi makan anak. Bila anak tidak mau makan orang tua seringkali menggantinya dengan ASI atau susu formula berlebihan. Cara ini mengakibatkan anak selalu kenyang dan semakin sulit mengenal perilaku makan yang benar.