RUMAH nenek adalah tempat yang penuh kenangan dan nostalgia. Di balik dinding-dindingnya yang usang, tersembunyi cerita yang tak lekang oleh waktu.
Kampung halaman membuat kita merasa nyaman dengan hangatnya kebersamaan keluarga. Menggali memori indahnya masa kecil dahulu.
Suasana itulah yang ingin disuguhkan salah satu kafe yang dibuka di tengah hiruk pikuk ibu kota Jakarta. Inilah rumah singgah bagi para perantau.
Namanya Uma Oma Cafe, bangunan yang terselip di antara ramainya kawasan Blok M. Letaknya persis di seberang Kantor Dishub Terminal Blok M, tak jauh dari pintu masuk Blok M Square dan dekat Pasaraya.
Tempat ini kontras dengan bangunan sekitar, karena menghadirkan suasana vintage. Caranya dengan memanfaatkan keadaan tembok sebelum direnovasi.
Dinding hanya dikelupas dari cat lawas tanpa ditimpa cat baru, sehingga memberikan kesan lusuh. Kemudian ada hiasan foto hitam-putih dan dekorasi piring vintage, yang memberikan sentuhan klasik yang memikat.
Setiap sudut ruangan juga dipenuhi dengan barang-barang antik seperti jam dinding kuno, rantang, karpet, vas bunga keramik, serta perabotan tua lainnya. Suasana itu menciptakan atmosfer yang kental dengan nostalgia.
Pemilik Uma Oma cafe, Junaedi mengaku, tempat ini menjadi persembahan untuk neneknya. Iya memang sangat sayang dengan neneknya.
“Saya dibesarkan nenek. Kenangan itu yang menumbuhkan inspirasi untuk mendirikan Uma Oma atau Rumah Oma,” kata Junaedi saat dijumpai RRI, belum lama ini.
Pengalaman unik dan menarik kami rasakan saat oma Rustinah menyambut RRI dengan senyum hangat dan ramah. Dari kerutan wajahnya tergambar kelembutan dan kasih sayang yang menjadi keunikan kafe itu, “Selamat datang di rumah oma."
Beliau lahir pada 15 Agustus 1942. Umurnya boleh lebih tua dari bangsa ini, tetapi semangatnya untuk bekerja seperti tidak habis dimakan usia.
Pekerjaan lansia di sini memang disesuaikan dengan tingkat usia. Mulai menyambut tamu, mengucapkan terima kasih, sesekali juga bercengkrama dengan tamu.
“Oma biasanya menanyakan bagaimana rasa masakannya. Kalau ada yang kurang bilang sama oma,“ kata Rustinah.
Ketulusannya bekerja bisa terlihat dari caranya bercerita dengan antusias. Dia merasa senang jika tamu puas dengan rasa masakan cucu-cucunya di bagian dapur.
Oma-oma pekerja di sana memang menyebut semua menu dengan istilah masakan cucu. Alasannya sederhana karena seluruh staf dianggap sebagai keluarga.
Saat masih muda Rustinah memang sudah terbiasa bekerja. Dahulu setelah kepergian suaminya, dia menjadi tulang punggung keluarga buat ketiga anaknya yang masih balita.
Tak heran saat usia 81 tahun sekarang etos kerjanya masih sangat baik. Kedisiplinan dan ketangkasan adalah cermin saat dahulu bekerja di toko dan perusahaan garmen atau pakaian jadi, masih melekat dalam dirinya hingga sekarang.
“Kadang-kadang saya juga bantu pekerjaan lain, misalnya kalau ada piring atau gelas kotor langsung ambil. Soalnya saya enggak bisa diam, apalagi kalau ada tamu yang mau masuk, sehingga sudah bersih," kata Rustinah.
Menurut staf yang lain, Rustinah memang aktif berceloteh dengan tamu dibandingkan pekerja yang lebih muda. Rustinah pun mengaku suka lupa umur kalau sudah mengobrol dengan rekan kerjanya yang lebih muda.
Padahal kebanyakan lansia, apalagi yang sudah renta, cenderung menyukai ketenangan. Malah sebagian ada yang tidak bisa mengurus diri sendiri.
“Kalau di rumah aja cepat tua, udah tua nanti tambah tua. Enakan di sini bisa sekalian cuci mata,” kata Rustinah sambil memamerkan fotonya dengan artis Jefri Nichol yang pernah datang ke Uma Oma.
Rustinah, oma dengan 8 cucu dan 1 cicit, ini mengaku jarang merasakan sakit. Lelah bekerja pun tidak merasakannya.
"Capai di jalan doang, kalau melakukan pekerjaan enggak capai. Beneran deh enggak capai,“ katanya.
Dia lalu membagikan rahasia kebugarannya. Salah satunya karena gemar mengikuti senam osteoporosis dan jantung.
Sebelum direkrut menjadi karyawan di Uma Oma, Rustinah aktif mengikuti kegiatan di Yayasan Amal Mulia. Organisasi sosial yang bergerak memberi bantuan untuk anak-anak yatim piatu, tidak mampu, telantar, cacat mental, hingga lanjut usia.
Salah satu unit kegiatan sosialnya, yaitu Pusaka XI. Program ini berfokus kepada pelayanan berbasis keluarga dan kegiatan sosial untuk lansia dhuafa yang tinggal di sekitar lingkungan yayasan.
Mereka juga dibuatkan jadwal untuk berkegiatan. Kegiatan itu untuk seluruh jompo yang terdaftar.
“Selain senam juga ada pengajian setiap hari. Pulangnya kadang dikasih beras dan banyak juga yang kasih sumbangan, termasuk Pak Junaedi,” kata Rustinah.
Tempat itulah yang menjadi awal mula Rustinah dan oma lainnya mengenal Junaedi, pemilik Uma Oma Cafe.
Lantas apa alasan Junaedi memperkerjakan lansia?
Ia menjelaskan selain mewujudkan konsep Rumah Oma juga ingin kafe menjadi jawaban atas permasalahan sosial.
Meski lansia kerap dilihat sebagai kelompok yang sudah tidak produktif dan tidak layak kerja, ternyata kafe ini berhasil mengimplementasikan sistem sumber daya intergenerational staf. Atau yang berarti kolaborasi tenaga kerja lintas generasi.
“Kami bekerja seperti layaknya keluarga, saling menghormati tanpa memandang jabatan. Jadi saat datang atau pulang kami pasti salim sama yang lebih tua,” kata Agus, 19 tahun, yang bekerja sebagai runner.
Sudah tiga bulan sejak kafe ini dibuka pada 10 September 2023, Junaedi menyadari permasalahan utama lansia bukan hanya kemiskinan. Justru kesepian yang menjadi kekhawatiran utama bagi lansia.
Ketika berada di usia senja mereka sudah tidak memiliki banyak teman lagi. “Akhirnya mereka kesepian, makanya kami ajak kerja, supaya tetep aktif berinteraksi dengan orang lain dan hasilnya mereka tetap sehat,” ujar Junaedi.
Selain itu untuk mewujudkan konsep jadul, Junaedi sengaja menghadirkan makanan khas rumahan.
Mulai cara penyajian menggunakan piring putih corak ayam, hingga menu makanan yang dibuat dari resep keluarga. Misalnya Nasi Lengko dan Empal Gentong, ada lagi minuman asam jawa dan masih banyak menu menarik lainnya.
Cita rasa yang otentik menciptakan harmoni indah dengan suasana cafe yang klasik dan redup, serta kehadiran Oma sebagai jiwa yang menghidupkan tempat ini.
“Dari makanan yang pernah aku coba, semuanya enak. Aku udah 2 kali kesini karena suka sama playlistnya,” kata Faisya cucu oma.
Uma Oma Cafe diharapkan dapat bermanfaat sebagai penawar rasa rindu perantau pada suasana Rumah Nenek yang menciptakan ketenangan, serta dimanjakan dengan sajian masakan rumahan.
Ketika melihat Oma disana, fikiran yang lelah dan jenuh seketika hilang, mengurungkan niat untuk mengeluh saat menghadapi hingar bingar Kota Jakarta. Menciptakan dorongan bagi siapapun yang paham dengan perjuangan lansia bekerja di tengah ramainya kawasan Blok M.
Artikel ini pernah tayang pada lama RRI.co.id
https://rri.co.id/features/475414/menghilangkan-penat-ibu-kota-di-rumah-oma